Menulis: Warisan untuk Anak Cucu
AKU lulusan Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bekerja sebagai Karyawan Laboratorium Teknologi Elektromedis Politeknik Mekatronika Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus sebagai pelatih bela diri (Taekwondo dan Hapkido). Awalnya aku sama sekali tidak tahu filsafat itu seperti apa, hingga suatu saat pada tahun 2018 mendapat kesempatan mengenal filsafat dan teologi secara tidak langsung lewat teman-teman biarawan khususnya yang ada di Kolose Santo Ignasius Kota Baru, tempat tinggal para Yesuit.
Dari dinamika yang aku ikuti setiap bulannya itu, aku jadi berpikir dan bertanya mengapa beliau semua ini mempunyai pemikiran yang terbuka namun kritis dan peka terhadap situasi yang terjadi di kehidupan. Aku menemukan salah satu hal menarik, yaitu filsafat sebagai dasar pendidikan yang mereka dapatkan dan bekal untuk berkarya sebagai seorang biarawan. Ketertarikan dan keingintahuanku ini menimbulkan pemikiran, bagaimana jika aku belajar hal lain selain hal-hal yang sudah aku geluti, selain bekerja, pengetahuan di bidang teknik, seni bela diri, dan sedikit tulisan yang aku tuangkan dalam blog kecilku ( oristarts.blogspot.com ).
Rasa-rasanya belajar filsafat adalah hal yang saat itu terpikirkan olehku, daripada aku terus berharap untuk bisa lanjut studi S2 namun belum bisa aku wujudkan hingga saat ini. Aku mencari-cari informasi bagaimana bisa mengenal dan belajar filsafat meskipun aku sedang bekerja dan alhasil aku menemukan informasi sekaligus langsung mendaftar dan bisa mengikuti Extension Course Semester Genap 2018 – 2019 dengan tema “Filsafat, Pemikiran Kritis dan Kehidupan Berbangsa” yang diadakan oleh Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma bekerja sama dengan majalah kebudayaan BASIS.
Awalnya aku agak kewalahan ketika mencoba memahami materi filsafat yang disampaikan oleh pembicara, apalagi hal-hal baru yang belum pernah aku tahu dan dengan waktu yang terbatas. Bagiku sangat menyenangkan bisa belajar hal baru, mendengarkan diskusi-diskusi yang menarik dengan kadang sedikit bumbu pertanyaan dan perdebatan yang timbul, dan alternatif solusi-solusi yang timbul dari pokok pembahasan yang diberikan kepada kami. Pembicara yang berbeda tentunya juga menciptakan situasi dan metode diskusi yang berbeda pula namun tetap menarik untuk diikuti.
Pokok pembahasan yang berbeda setiap pertemuan semakin menumbuhkan dan merangsangku untuk berpikir secara terbuka, luas namun tetap kritis melihat polemik yang terjadi di sekitarku, khususnya di negara Indonesia ini. Rangkaian pertemuan dalam kursus ini pun sampai pada penghujung acara. Pada akhir pertemuan para pembicara kembali memberikan ulasan-ulasan dari banyak tema yang telah diberikan apalagi dengan konsep tempat yang santai ditemani hiburan dan hidangan semakin membuat akhir pertemuan ini makin meriah.
Terakhir yang menohok saya secara pribadi adalah seorang pembicara yang terus-menerus mengingatkan pentingnya menuangkan pemikiran dan ide-ide kita ke dalam sebuah tulisan, jika tidak, maka kita tidak akan meninggalkan warisan apa-apa untuk anak, cucu, cicit ataupun generasi penerus kita. Semua yang aku dapatkan inilah yang membuatku kembali lagi berani menulis (apa pun itu) meskipun terkadang aku merasa sangat asing di dalam filsafat. Semoga di lain kesempatan akan ada lagi agenda kegiatan positif seperti ini, yang membangunkan generasi muda dari rasa malas dan ketidakpedulianya.
Heribertus Henta Nooristyanto
Comentarios