Ancaman Politik Sektarian
Heru Prakosa
Pada tanggal 26 Februari 2018, berbagai media di Indonesia ramai oleh berita kunjungan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ke Lebanon untuk menemui ratusan personil infantry Kontingen Garuda Indonesia. Berita itu mengundang senyum cerah, karena dunia jadi tahu Indonesia peduli perdamaian dunia. Ibu Menteri menyampaikan bahwa komitmen Indonesia terhadap perdamaian dunia merupakan DNA bangsa yang diamanatkan konstitusi. Dengan tegas, beliau berkata, “Seluruh rakyat Indonesia bangga dengan peran dan kontribusi kontingem Garuda di Lebanon dan misi pasukan perdamaian kita di seluruh penjuru dunia, yang berprestasi dan berkinerja sangat baik dan berhasil merebut hati dan kepercayaan masyarakat setempat. Kontribusi Indonesia bagi perdamaian dunia tidak terbantahkan. Indonesia memiliki rekam jejak dan sejarah panjang. Dunia menaruh kepercayaan besar terhadap komitmen dan kontribusi Indonesia terhadap perdamaian dunia” (https://dunia.tempo.co, 27 Februari 2018).
Keikutsertaan Indonesia dalam komitmen perdamaian dunia di Lebanon tidak main-main. Dikatakan, dari total 41 negara yang ikut ambil bagian dalam misi perdamaian PBB di Lebanon, Kontingen Garuda Indonesia merupakan pasukan terbesar, dengan jumlah mencapai 1.290 orang.
Pertanyaannya, apa yang sebenarnya terjadi di Lebanon? Mengapa Lebanon perlu mendapat perhatian dunia? Lebanon adalah negara terkecil di Benua Asia dengan luas hanya 10.452 km2. Bandingkan dengan Indonesia yang mencapai 5.455.675 km2. Di tengah atmosfir Arab, Lebanon juga satu-satunya negara yang tidak memiliki gurun.
Lebanon tampil memikat berwarna-warni berkat aneka komunitas tradisi religius. Dari agama Islam dikenal Sunni, Shiah, Ismailiah, Aluwiyah, dan Druze. Dari agama Kristiani dikenal Orthodoks, Protestan, dan Katolik, dengan dua ritus utama, yaitu Ritus Barat/Latin dan Ritus Timur, seperti Maronit, Syrian, Khaldean, Armenian, Yunani, dan Byzantin.
Dengan keberadaannya, Lebanon mengalami gejolak yang tiada henti. Kecamuk konflik yang menghantam Lebanon seolah tak lekang oleh waktu. Sejarah pun terasa kehabisan tinta untuk menuliskan sejumlah tragedi yang mengoyak-oyak negara itu.
Pada tahun 1860, sejarah mencatat terjadinya konflik sektarian antara pemeluk Muslim Druze dan Kristiani. Saat itu, situasi semakin kacau dengan pecahnya Perang Dunia I. Pasukan Ottoman Turki di Syria yang menguasai Lebanon memerintah dengan tidak ramah. Pada tanggal 6 Mei 1916, selaku penguasa Ottoman untuk Siria dan Lebanon, Jamal Pasha (1872-1922) membantai ribuan jiwa hingga dikenal sebagai Si Penjagal (al-Jazzar). Karena itulah tanggal 6 Mei dikenang sebagai Hari Raya Para Martir (aid alsyuhada).
“Lepas dari mulut harimau masuk ke dalam mulut buaya.” Itulah yang terjadi pada Lebanon. Dari Ottoman, Lebanon masuk ke cengkeraman Prancis. Penyair berkebangsaan Lebanon, Khalil Gibran (1883-1931), merekam itu dalam puisinya yang berjudul Al- Arwah al-Mutamarrida (1908).
dari cengkraman Firaun ke cakar Nebukadnezar ke paku Alexander ke pedang Herodes ke cakar Nero ke taring Iblis
Selengkapnya di BASIS 07-08 2018
Dapat dibeli di tjappetroek.com atau hubungi CS 081225225423
Comments